Siapa Aku? Manumanoso






Putra kelahiran jawa yang merantau ke Aceh. Hidup dengan berpindah-pindah (nomaden) mulai dari Bekasi – Ponorogo – Denpasar – Kutacane – Medan – Jambi dan Lhokseumawe. Dalam perjalannya, lingkungan yang heterogen menempa diri Manumanoso dalam bingkai kemandirian dan ukhuwwah. Tidak hanya memiliki saudara sedarah, saat ini banyak mendapat saudara di perantauan. 

Profesi sebagai pendidik, bisa guru, bisa dosen. Profesi tidak penting, yang penting saat ini sudah menjadi Ayah dengan dua anak. Selama menjadi orang tua, itulah pendidik sebenarnya. Karena, anak merupakan murid tanpa ikatan yang menjadi investasi dunia akhirat. Nikmat Allah mana lagi yang kamu dustakan. Perjalanan hidup menuju usia ke 38 banyak pengalaman yang dirasakan. Dari sekelumit cerita interaksi sesame manusia, beberapa falsafah hidup yang didapat antara lain: 

Untuk menjadi baik tidak perlu perbandingan cukup dikerjakan. Guru saya pernah berkata “jadilah orang baik maka akan ditolong Allah”. 

Untuk bekerja tidak perlu perhitungan, karena Allah Maha Melihat. Asalkan sanggup dikerjakan, kalau tidak ya ditinggalkan. Bekerja tidak perlu kekerabatan, jangan gegara pekerjaan hilang kerabat. Rejeki pekerjaan sudah diatur, tidak perlu egois untuk memaksakan. Anomali yang dirasakan ketika bertemu manusia paradoks ,, saya saudara ini, saya saudara itu.. lha terus kenapa??? Hahahahaha, 


0 Comments